SARUNG MBAH WAHAB DAN PRESIDEN SOEKARNO
Pada zaman penjajahan Belanda, sarung identik dengan perjuangan melawan budaya Barat yang dibawa para penjajah. Para santri di zaman kolonial Belanda menggunakan sarung sebagai simbol perlawanan terhadap budaya Barat yang dibawa kaum penjajah. Kaum santri merupakan masyarakat yang paling konsisten menggunakan sarung dimana kaum Nasionalis abangan telah hampir meninggalkan sarung.
Sikap konsisten penggunaan sarung juga dijalankan oleh salah seorang pejuang Muslim Nusantara yakni KH. Abdul Wahab Chasbullah, seorang tokoh sentral di Nahdlatul Ulama (NU). Suatu ketika, KH. Abdul Wahab Chasbullah pernah diundang Presiden Soekarno. Protokol kepresidenan memintanya untuk berpakaian lengkap dengan jas dan dasi. Namun, saat menghadiri upacara kenegaraan, ia datang menggunakan jas tetapi bawahannya sarung. Padahal biasanya orang mengenakan jas dilengkapi dengan celana panjang.
Sebagai seorang pejuang yang sudah berkali-kali terjun langsung bertempur melawan penjajah Belanda dan Jepang, Kiai Abdul Wahab Chasbullah tetap konsisten menggunakan sarung sebagai simbol perlawanannya terhadap budaya Barat. Ia ingin menunjukkan harkat dan martabat bangsanya di hadapan para penjajah. (Sumber: sarungnu.com)
0 komentar:
Post a Comment
Semoga artikel di atas dapat membantu Anda.