May 24, 2016

Bandung Tempo dulu

Menurut sejarah konon katanya Bandung "berasal dari kata  bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang kemudian membentuk telaga.   

Menurut mitos, nama Bandung diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat oleh berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, RA Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum ( Sunda: Ci = Cai = Air = Sungai ) dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di Dayeuhkolot.

Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di wilayah Jawa Barat yang menjadi ibu kota Provinsi Jawa Barat. 

Kota Bandung juga merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. 

Kota Bandung dijuluki Kota Kembang . Dalam buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe , sejarahwan Haryoto Kunto menulis, kembang yang dimaksud ialah Kembang Dayang yang dalam bahasa Sunda sama dengan WTS (Wanita tuna susila) atau PSK (Pekerja Seks Komersial).     

Istilah  kota kembang  berasal dari peristiwa yang terjadi tahun 1896 saat Bestuur van de Vereninging van Suikerplanters (Pengurus Besar Perkumpulan Pengusaha Perkebunan Gula) yang berkedudukan di Surabaya memilih Bandung sebagai tempat penyelenggaraan kongresnya yang pertama.

Sebagai panitia kongres, Tuan Jacobmendapat masukan dari Meneer Schenk agar menyediakan 'kembang-kembang' berupa "noni cantik" Indonesia-Belanda dari wilayah perkebunan Pasir malang untuk menghibur para pengusaha gula tersebut.
Setelah kongres, para tamu menyatakan sangat puas. Kongres dikatakan sukses besar. Dari mulut peserta kongres itu kemudian keluar istilah dalam bahasa Belanda De Bloem der Indische Bergsteden  atau 'bunganya' kota pegunungan di Hindia Belanda. Dari situ muncul julukan kota Bandung sebagai kota kembang 

Dalam buku Otobiografi Entin Supriatin, Deritapun Dapat ditaklukan.  Mitra Media Pustaka. Bandung (2006) disebutkan, Bandung dikenal dengan sebutan Parijs van java  atau Paris-nya Pulau Jawa.  

Mungkin mengira istilah itu muncul dari keindahan kota Bandung sama dengan keindahan kota Paris. Padahal bukan itu. Sebenarnya, istilah Parijs van Java muncul karena pada waktu itu di Jalan Braga ada banyak toko yang menjual barang-barang produksi Paris, terutama toko pakaian.   

Toko yang terkenal diantaranya adalah toko mode dan pakaian, Modemagazinj 'au bon Marche' yang menjual gaun wanita mode Paris.   

Ada juga restoran yang makanan khas Paris Maison Bogerijen  yang menjadi tempat santap para pejabat dan pengusaha Hindia Belanda atau Eropa. Dari situlah muncul julukan lain bagi kota Bandung sebagai Parijs van Java

Selain itu, kota Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet (FO) yang banyak tersebar di kota ini. 

Tahun 2007, British Council menjadikan kota Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. 

Saat ini kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan.

 Sejarah Kota Bandung

1896 Bandung belum menjadi kota tetapi hanya "kampung". Penduduknya yang terdata 29.382 orang, sekitar 1.250 orang berkebangsaan Eropa, mayoritas orang Belanda. 

Saat itu Bandung hanyalah desa udik yang belepotan lumpur, bahkan Jalan Braga yang kemudian melegenda di Bandung masih berupa jalan tanah becek bertahi sapi dan kuda.


Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui Gubernur jenderalnya waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal  25 September 1810  tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai  hari jadi kota Bandung .

Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal JB van Heutsz pada tanggal  1 April 1906  dengan luas wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha di tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.

Saat perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini di bakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke daerah lain.

Sebutan Bandung Lautan Api kini digunakan sebagai nama stadion bertaraf internasional di kawasan Gedebage, wilayah timur kota Bandung: Stadion Gelanggang Olahraga Bandung Lautan Api (GBLA). 

0 komentar:

Post a Comment

Semoga artikel di atas dapat membantu Anda.