May 17, 2016

CANDI BOROBUDUR menurut sejarah

Banyak prasejarah bertanya kapan candi borobudur berdiri. banyak juga teori asal mula candi borobudur  .Borobudur Bangunan kuno yang merupakan salah satu keajaiban dunia ini begitu banyak menyimpan jejak sejarah masa lampau, terutama bagi bangsa Indonesia. Bagaimana Borobudur dibangun? Siapa yang membangun? Kapan candi Borobudur ditemukan? Beberapa pertanyaan tersebut rasanya menarik untuk dicari jawabannya.
Borobudur adalah sebuah candi peninggalan kerajaan Buddha yang letaknya sebelah selatan Magelang, kurang lebih 40 km sebelah barat laut kota Yogyakarta. Dataran subur yang mengelilingi bangsa Barat menyebutnya sebagai  The Garden of Java  yang berarti Taman Jawa. Dataran tersebut dikelilingi 4 gunung, yaitu sebagai berikut:
1. Gunung Sumbing, tingginya 3.371 m
2. Gunung Sindoro, tingginya 3.135 m
3. Gunung Merbabu, tingginya 3.142 m, dan
4. Gunung Merapi, tingginya 2.911 m

Asal mula Borobudur

Candi Borobudur merupakan bangunan kuno yang memiliki stupa tertua dan kompleks stupa terbesar di dunia. Oleh UNESCO namanya tercatat sebagai pewarisan budaya dunia dan dianggap sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Menurut sejarahnya, Candi Borobudur dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra yang pembangunannya memakan waktu selama kurang lebih 50 tahun. Dimulai dari tahun 778 sampai 856 Masehi, 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja, dan 200 tahun sebelum Notre Dame. Borobudur adalah sebuah bangunan berbentuk piramida berundak yang terbagi atas 9 lapis lantai. Enam lantai bagian bawah berbentuk platform bujur sangkar, lingkaran terluarnya dipenuhi dengan galeri relief, yang merupakan gudang pusaka seni pahat yang tersohor di dunia, panjang nya mencapai 2,5 km, sehingga Borobudur hampir sama dengan piramida Mesir, Nama Borobudur diperkirakan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu: Vihara Buddha Ur, yang berarti Kuil Buddha dari puncak gunung. Sebelumnya, candi peninggalan Dinasti Syailendra memiliki ketinggian 42 meter, tetapi setelah mengalami pemugaran, tingginya berkurang menjadi 34,5 meter, dengan dimensi 123 x 123 m, lantai / lantai 10. lantai 1 sampai 6 berbentuk segi empat, dan lantai 7 sampai 10 berbentuk lingkaran. Candi Borobudur menghadap ke timur, terdiri dari 1.460 panel, yang masing-masing panel memiliki lebar 2 meter. Luas seluruh dindingnya mencapai 2.500 meter persegi, yang penuh dengan relief. Panel yang memiliki relief sebesar 1.212.  Menurut penelitian para ahli sejarah, jumlah patung Buddha ada sekitar 504, baik patung yang masih utuh dan yang hancur. Hingga saat ini Borobudur sudah dipugar sebanyak 2x, yaitu tahun 1905 sampai 1910, dan tahun 1973 sampai 1983.

Tahap pembangunan candi borobudur

Candi Borobudur dibangun dalam kurun waktu kurang lebih 55 tahun, melalui beberapa tahapan. Dari beberapa tahap pembangunannya desain candi ini mengalami beberapa kali perubahan pula. Berikut 5 tahap pembangunan Borobudur:
Tahap pertama , dimulai sekitar tahun 780 Masehi. Pada tahap ini, masih merupakan bangunan kecil dengan 3 buah teras bertumpuk, didirikan ketika bangunan lainnya mulai dibangun dan kemudian dihancurkan. Kemungkinan awalnya direncanakan sebagai sebuah piramida bertingkat.
Tahap kedua.  Pada tahap kedua, pondasi candi diperlebar, menutupi kaki asli. Jumlah inti juga diperbanyak, menjadi 2 buah inti persegi empat dan 1 buah inti bundar.
Tahap Ketiga.  Pada tahap ketiga ini, perubahan lebih teliti diterapkan. Puncak inti bundar dipindah dan diganti dengan serangkaian tiga buah teras bundar. Di puncak setiap inti dibangun stupa juga.
Tahap keempat dan kelima . Terjadi sedikit perubahan pada monumen, penambahan relief-relief baru dan perubahan tangga dan patung di sepanjang jalan. Simbol pada monumen tetap sama,
sejarah
add caption


Pada masa sekarang ini Candi Borobudur telah menjadi salah satu tempat tujuan wisata dunia di Indonesia. Hal ini juga tidak lepas dari peran UNESCO yang telah menetapkan Candi Borobudur sebagai bangunan cagar budaya warisan dunia pada tahun 1991. Dan sampai saat ini Candi Borobudur tetap menjadi primadona pariwisata di Indonesia khususnya di Jawa Tengah. Apalagi setelah sempat menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia, candi yang satu ini memang tidak pernah sepi pengunjung.

Tidak hanya bagi para wisatawan, tapi juga bagi umat Buddha di Indonesia bahkan di kawasan Asia Tenggara Candi Borobudur juga masih memiliki peran penting. Tempat wisata di Jawa Tengah yang satu ini seringkali juga dipakai sebagai tempat diselenggarakannya beberapa upacara keagamaan. Umat ​​Buddha misalnya sering kali memusatkan kegiatan pada Hari Raya Waisyak di Candi Borobudur ini selain di Candi Mendut. Oleh karenanya pada saat Hari Raya Waisyak merupakan salah satu hari dimana candi ini sangat ramai dan dipenuhi dengan pengunjung yang bukan hanya wisatawan tetapi juga umat Buddha dari berbagai penjuru Indonesia bahkan Asia Tenggara.
Tingkat dinding utama selanjutnya yang lebih rendah dihias dengan kisah kelahiran yang lain. Menceritakan kehidupan orang-orang selain Sakyamuni yang juga memperoleh pencerahan. Berbeda dengan ajaran Buddha Theravada, yang didalamnya diyakini bahwa hanya 1 orang yang sanggup memperoleh pencerahan pada zaman ini, para pengikut Buddha Mahayana yakin banyak makhluk yang telah mencapai tingkat ini. Teks ini disebut Avadanas.
Pada tingkat dinding utama yang lebih tinggi, galeri pertamanya berupa relief-relief yang menceritakan kehidupan Sakyamuni (Siddharta Gautama) sepanjang kehidupannya sebagai pangeran sebagai guru bertapa. Relief-relief ini dimulai ketika Buddha berada di surga sebelum reinkarnasi terakhirnya, dan berakhir dengan upacara pertamanya di Taman Kijang di Benares. Teks ini dinamakan Lalitavista.
Jaringan ke-5 dan terakhir menempati 3 galeri Borobudur bagian atas. Teks tersebut digunakan sebagai sumber inspirasi yang disebut Gandavyuha. Ukiran tersebut menceritakan seorang pemuda, anak pedagang yang bernama Sudhana. Ia berguru dari satu guru ke guru lain dalam upaya mencari pencerahan. Sebagian besar relief menunjukkan adegan Sudhana bepergian dengan berbagai alat angkutan, seperti mobil kuda dan gajah.
Juga ditunjukkan adegan ketika dia berlutut di hadapan para gurunya (kalayanamitra / teman baik), baik laki-laki, perempuan, anak-anak dan Bodhisattvas. Penjelajahan pemuda tersebut berakhir di Istana Maitreya, Buddha di masa depan, di puncak gunung Sumeru, dimana ia diberi pelajaran dan memiliki berbagai pandangan. Jaringan terakhir relief di teras bagian atas diambil dari lanjutan teks ini, disebut Bhadracari, dimana Sudhana bersumpah untuk menjadi Bodhisattva, dan mengikuti contoh Bodhisattva tertentu bernama Samantabhadra. Penempatan jaringan relief pada tingkat paling tinggi dari candi Borobudur menunjukkan bahwa relief tersebut merupakan teks yang paling dihormati oleh pendiri Borobudur. Adegan-adegan relief sepertinya didesain untuk mendorong para peziarah agar mengikuti contoh Sudhana ketika memanjat gunung, yang melambangkan tujuan dan sumber kebijaksanaan tertinggi. Maka dari itu pantaslah rasanya jika kita menyebut candi Candi Borobudur ajaib, sampai ia menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Mungkin kita tidak pernah membayangkan, bahwa di zaman dahulu yang belum ada ilmu pengetahuan secara formal, telah ada seorang manusia yang telah mampu merancang dan membangun monumen besar rumit, kokoh dan unik seperti Borobudur. Batu yang sedemikian banyak ditumpuk satu per satu hingga membentuk sebuah bangunan tinggi yang indah dan kokoh.